OPINI :
Penulis : TOPAD
KUALAT disematkan kepada mahluk yang ada di alam semesta ini yang ingkar terhadap sumpah, apalagi sumpah demi Tuhan, ingkar janji, apalagi yang ingkar dengan janjinya akan menjalankan amanah demi keadilan dan kesejahteraan masyarakat banyak, tidak taat, apalagi dengan agama yang dipeluknya sesuai yang tertulis di KTP, abai pesan, pesan Gusti TUHAN ALLAH yang dulunya dipercayai tidak tahu lagi kalau saat ini maunya sendiri bukan atas kemauan masyarakat umum, maunya seluruh rakyat RI ini.
Sumpahmu ke TUHAN diabaikan, seolah TUHAN sudah tiada. Melihat perangai, bukan ucapnya, karena kalau berdasar ucapan dan citra yang di bangun seolah hanya dia saja yang benar ber-TUHAN.
Padahal semua yang ada di alam semesta ini, ada karena DIA. Alam semesta ini milik kepunyaan-nya dan DIA sudah ada sejak manusia ada, namun manusia ciptaannya tidak mengenal DIA.
Pada mulanya adalah firman dan firman itu adalah ALLAH, menerangi kegelapan, dan kegelapan tak akan mampu menutupi terang.
Bolehlah hidungmu kau naikkan, matamu merah melotot, dadamu kau busungkan, menunjukkan kesombonganmu, seolah terang itu mampu kau tutupi, kebenaran itu kau samarkan dengan nikmat kuasa, harta dan nikmat segala dunia ini.
Kau ciptakan pembenaran-pembenaran, kau ciptakan citra-citra, kau paksa dan tindas orang yang masih rindu kebenaran dengan kuasa dan harta duniawimu.
Kau pikir DIA tidak mampu dan diam saja, hanya sekejap bagai abu ditiup angin, hilang berserakan entah kemana terbawa angin. Sejarah membuktikan, ada peristiwa firaun, ada peristiwa air bah, ada babel, ada tsunami, ada gempa, ada virus, ada perang saudara, ada PD 1, ada PD 2, ada kemungkinan PD 3 dan seterusnya.
Ketahuilah DIA hanya beri waktu, menunggumu berbalik, menunggumu sadar atas angkuhmu, karena DIA masih pegang janjinya, ada ruang pengampunan. Bukti bahwa DIA adalah maha pengasih, maha adil dan maha pengampun.
Pengampunan yang DIA punya, bukan seperti pengampunan buatan manusia.
Bukan seperti pengampunan pajak yang sudah dan akan kau berlakukan lagi, dengan mantra UU HPP (Harmonisasi Peraturan Pajak), yang dipertanyakan oleh rakyat kepunyaan DIA, yang dipertanyakan dimana letak keberpihakan dan keadilannya ?
Bukan seperti pengampunan dalam bentuk remisi, SP 3, grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi yang terkadang dipertanyakan, dimana letak keadilannya ?
Pernah melalui Bung Karno, wakil DIA di RI ini, yang pernah memerintah negeri ini selama 22 tahun, setelah DIA menganugerahkan kemerdekaan negeri ini, melalui perjuang dan proklamator negeri ini.
Muzizat itu DIA nyatakan karena penderitaan 350 tahun cukup sudah, setelah leluhur berjuang mati-matian sambil menoleh ke langit, mohon ampun dan mohon pertolongan dan belas kasihan dari DIA.
Melalui Bung Karno dan tokoh perjuangan sekelilingnya, DIA anugerahkan kemerdekaan itu dan karena itulah kau bisa hidup nikmat, berkuasa dan menumpuk harta.
Namun titah dan pesan yang disampaikan Bung Karno, kebenaran milik DIA, kau abaikan, kau lupakan, kau jalankan maumu, diantaranya Pancasila, kedaulatan rakyat, nation characther building, tentara jangan berpolitik, cegah kapatisme, cegah imperialisme, dan lainnya.
Bila kau lupa dari banyak hal yang kau abaikan itu, dengar ini yang masih mendengung, siapatahu dengan ini, hatimu tersetrum, bisa ingat kembali.
Tambahannya adalah pesan dan janji Presiden setelah Bung Karno perlu juga kau dengar, agar tahu apa yang terjadi ini.
Setelah mendengarkan pesan mereka ini, baru kita lanjutkan apa yang masih perlu kau ketahui.
Bagaimana, coba kembali kebelakang, apakah benar ada praktek yang terjadi belakangan ini sudah menyimpang dari pesan tersebut ?
Bila benar, sadar tidak bahwa kemajuan yang di cita-citakan itu telah menjauh ?
Sadar tidak, bahwa bangsa ini bisa saja kembali terjajah, kembali seperti pengalaman pahit yang dialami beberapa generasi dari para leluhur tersebut ?
Bila belum sadar, ulangi untuk mendengarkannya kembali ?
Bila sadar, ayo berbalik, turuti, belum terlambat.
Wahai rakyat Indonesia, jangan tinggal diam. Dengar juga, apakah sebagai rakyat tidak merasakan ada yang salah pada dirimu ?
Bila tidak merasakan, mungkin saja saudara sudah mati rasa atau sengaja dimatikan, apa iya ?.
Buka hati, kuta telinga, dari pada hidup mati rasa, buta hati buta mata, mendingan mati sekalian.
Tidak baik setengah-setengah. Ingat pesan Bung Karno, jangan pernah setengah-setengah, setengah merdeka, setengah hidup, merdeka ya merdeka, mati ya mati. Dengar dan pahami pesan Bung Karno itu, tokoh yang membuat saudara bisa bermedsos dengan tenang, tanpa ada yang mengganggu.
Kalau sudah dengar, namun masih tetap asik bermedsos, bertiktok dan bertwiter, berharap datangnya bansos, tidak berbuat apa-apa, jangan salahkan istilah saudara Rocky Gerung, teriakin kamu, kamu dan kamu DUNGU. Saudara DUNGU. Anda DUNGU. Sampeyan DUNGU. Pajenengan DUNGU.
Pahami, sadari, tobat, berbalik, tinggalkan itu semua keserakahan, kemunafikan, kesombongan, kedunguan, agar stempel kualat tidak melekat, siapa tahu masih bisa mengurangi atau terhindar dari murka Gusti TUHAN ALLAH yang sedang bergelora.
Semoga bermanfaat.