OPINI :
Penulis : TOPAD
Tak tahu bersyukur dan berterima kasih.
Manusia model demikian bermunculan di Republik ini yang diperolehnya dengan berbagai alasan diantaranya karena kemudahan yang diperolehnya, memanfaatkan kelemahan sistem yang ada, menyalahgunakan kuasa yang sedang digemgamnya, memanfaatkan jaringan kekuasan dan politik, dan lain sebagainya.
Terkadang apa yang diraup dan bahkan dirampas, tidak sebanding dengan kontribusi atas kemampuan diri dan kapasitas yang dipercayakan kepadanya.
Dengan catatan setumpuk minus yang melekat pada dirinya, dan juga banyaknya masalah besar yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya, selaku Bupati, Walikota, Gubernur, Menteri, Dewan, Aparat Penegak Hukum, Komisi dan posisi lainnya, malah sering menyibukkan dirinya keluar dari tugas pokok dan tanggungjawabnya untuk persiapan kedepan dalam meraih posisi yang lebih tinggi dari yang disandangnya saat ini.
Sebut saja ada Bupati atau Walikota yang mengincar posisi Gubernur, Menteri, Dewan yang mengincar posisi Presiden
Bila tadinya tersedia sistem penilaian yang efektif, efisien, konsisten dan reguler, tanggungjawab di posisi yang sedang digemgamnya saat ini pun, secara fair belum layak, masih jauh dibawah standard Internasional, jauh dibawah standard Good Corporate Governance.
Apalagi berharap atau berambisi untuk meloncat mengemban tanggungjawab yang lebih tinggi, sangat mengkhawatirkan. Di posisi yang disandangnya saat ini saja atau sebelumnya, terlihat tidak sanggup, tidak capable, terbukti dengan banyaknya issue-issue yang tak terselesaikan, issue pemborosan, korupsi dan lainnya.
Celakanya di negeri ini, posisi yang disandangnya itu, bisa langgeng bertahan walau dengan minimnya prestasi, kurang capable dan pelaksanaan tugas dan tanggungjawab untuk poin yang paling utama yang seharusnya dilakukan, diantaranya program yang menyentuh keamanan, kesejahteraan dan keadilan rakyat banyak, belum memuaskan, belum terealisasi optimal. Atau bahkan realisasi yang terjadi bisa sebaliknya dengan yang seharusnya.
Sebaliknya, malah lebih banyak menyentuh hal-hal minor yang tidak terlalu bermanfaat besar untuk masyarakat banyak, kemudian mengumumkan di berbagai media dan medsos, seolah menghasilkan suatu prestasi yang wah.
Sewajarnya, jangankan pencapaian minor tersebut, terwujudnya kesejahteraan, keamanan dan keadilan rakyat banyakpun, seandainya tercapai, tak perlu dipamerkan, karena itu sudah menjadi tugas pokoknya atau tugas utama yang bersangkutan untuk mewujudkannya.
Namun seperti itulah kondisi di negara RI, pemerintah daerah sampai pusat, dan masyarakat yang diperintah sudah sama-sama mengidap penyakit yang mungkin hanya ditemukan di negara ini.
Penyakit ini sulit diatasi karena sudah menyatu ke jiwa dan raga kedua belah pihak. Bukan lagi hanya sekedar penyakit fisik, namun ditambah dengan sakit jiwa. Kalau bisa diumpamakan seperti narkoba bagi pecandunya. Tak bisa hidup tanpa narkoba.
Jalan satunya-satunya untuk keluar dari permasahan besar ini adalah terapi khusus dengan membiarkan kedua belah pihak dicekokin bencana dan bencana, sampai penyakit jiwa dan kecanduannya tertekan, dan berangsur hilang, karena kecanduan pada dirinya tertekan dan kalah dengan adanya bencana.
Dipersilakan untuk tetap melaksanakan keyakinan saudara-saudara, mencari alasan-alasan pembenaran, memberitakan materi-materi pembentukan citra, mempercantik topeng agar semakin dicintai rakyat pendukung, membangun jaringan yang sehati dan sama-sama busuk.
Membangun jaringan pengumpul dana, penyandra anggaran, pemerkosa anggaran, perampok anggaran, yang nantinya dibutuhkan dan digunakan untuk membeli dukungan yang diperlukan.
Dipersilakan menganggap dan menyakini bahwa apa yang sudah saudara rancangkan dengan matang, bahwa semua itu adalah jalan yang benar dan satu-satunya yang paling tepat dan pasti menghasilkan bagi saudara-saudara.
Yang saya mau katakan adalah bahwa keyakinanmu itu nantinya hanya sekejap saja tersapu oleh bencana. Karena benar anggapan saudara karena kekuatan manusia tak akan mampu menghambat dan merusak rencana besarmu.
Tak ada lagi manusia sekuat manusia yang ada di sekelilingmu dan juga manusia yang ada di kelompokmu.
Manusia yang ada di luar barisanmu dan juga diluar barisan kelompokmu sudah babak belur, habis dilemahkan sampai tidak berdaya, lumpuh tak bertenaga lagi.
Manusia lemah yang sudah kau lumpuhkan itu hanya bisa bersuara pelan, membisikkan sesuatu kepada orang yang dekat dengan posisi dimana sedang DIA berdiri.
Bunyi bisikan manusia yang kau lumpuhkan itu, jangan putus asa, tetap semangat bersuara, sekalipun hanya dengan bisikan. Karena bisikanmu itu secara perlahan akan menghimpun angin dan berputar-putar menghimpun angin disekitarnya yang kemudian dapat menjadi angin punting beliung memutar dan memporak porandakan segala wujud disekelilingnya.
Perkataan orang yang sudah kau lemahkan dan kau lumpuhkan ini, tak mungkin bisa kau percaya, karena bagimu mustahil dan tak mungkin. Karena kau sudah terlanjur terpana dan merasa tak ada yang kurang dengan kekuatan yang sudah kau persiapkan dan sudah kau bangun.
Keyakinan dan anggapanmu tak ada yang salah, oleh karenanya wajar bila kau tetap melanjutkan keyakinanmu itu.
Tak salah juga bila nantinya angin punting beliung, yang tidak kau anggap, dan yang kau remehkan itu tiba-tiba memporak porandakan wujud yang tidak kau percaya bisa seperti itu.
Mari saling kokoh di pendirian masing-masing, menunggu pendirian siapa yang ikut ke pendirian siapa ?
Saya pastikan akan terjadi, cepat atau lambat. Namun yang tidak kupastikan adalah kapan, karena itu milik Tuhanku, pencipta alam semesta ini.
Jangankan saya, malaikat pun dan juga para nabi yang diutusnya tidak tahu, karena hanya Tuhan Allah yang tahu, apalagi saya yang bukan siapa-siapa.
Video ini kembali mengingatkan semua warga bangsa ini, ada yang salah dengan lakon dan juga apa yang sudah terlanjur diyakini.
Namun apa salahnya bila kembali merenung, dengan kejadian-kejadian yang sudah, sedang dan akan datang.
Banyak kejadian aneh yang belum pernah ada. Apa hal tersebut tidak cukup untuk menyentil hati dan pikiranmu yang sudah sakit jiwa itu ?
Bila tidak cukup juga, apa boleh buat, mungkin bencana yang sambung menyambung sampai kau tidak berkutik, tidak bertenaga, sampai tidak berkutik, sampai tidak mampu untuk berkata apa-apa lagi, barulah mampu melihat apa yang sedang terjadi, tak jadi soal juga bukan ?
Demikian saudara, semoga bermanfaat.